Vitamin E, yang dikenal sebagai antioksidan dipercaya para pakar biokimia dapat membantu mencegah penyakit macam kanker, jantung koroner, katarak, dsb. dengan menjinakkan molekul-molekul radikal bebas yang berbahaya, serta menghambat laju proses penuaan.
Tubuh kita ini ibarat mobil. Komponen mobil yang terbuat dari logam lama-kelamaan akan karatan akibat proses oksidasi. Molekul oksigen yang tidak stabil di udara itulah penyebab terjadinya proses oksidasi. Begitu juga oksigen dalam tubuh, memiliki pengaruh yang serupa. Molekul-molekul oksigen yang tidak stabil (karena itu sangat reaktif), dan disebut sebagai radikal bebas, dapat menghancurkan jaringan-jaringan tubuh melalui proses oksidasi pula. Proses oksidasi ini pula yang punya andil besar dalam proses penuaan.
Radikal bebas, tergantung pada kualitasnya, merupakan bagian integral dari makanan yang dikonsumsi atau mungkin diproduksi melalui proses oksidatif dalam tubuh. Beberapa polutan seperti asap rokok, asap pabrik, pestisida, atau radiasi ultraviolet juga dapat bereaksi dalam tubuh menghasilkan radikal bebas.
Jika tidak dikendalikan, radikal bebas dapat menyerang DNA serta merusak struktur dan fungsi membran sel sehingga dapat memicu beberapa penyakit degeneratif (kemerosotan fungsi tubuh). Untunglah, sesuai dengan hasil penelitian terakhir, aksi radikal bebas dapat dikontrol dengan sistem pertahanan antioksidan, di antaranya menggunakan vitamin E (lihat boks “Bagaimana Antioksidan Bekerja”).
Makanan yang mengandung vitamin yang larut dalam lemak ini sebaiknya dimakan setiap hari. Termasuk di dalamnya antara lain minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati, dan susu. Merujuk pada RDA (Recommended Dietary Allowances), asupan vitamin E rata-rata sehari bagi orang dewasa pria adalah 10 mg, dan wanita 8 mg. Diingatkan pula, vitamin E mudah rusak oleh panas yang tinggi (penggorengan) dan oksidasi (terpapar oksigen). Karena itu, makanan segar, mentah, atau belum diproses merupakan sumber vitamin E yang terbaik.
Vitamin E merupakan antioksidan (pencegah oksidasi) biologis yang berdiri sebagai benteng pertahanan pertama melawan peroksida lipid yang menghasilkan radikal bebas penyebab kerusakan jaringan. Senyawa yang secara kimia juga disebut tokoferol ini mempunyai kemampuan “melumpuhkan” radikal bebas (molekul reaktif, pemicu oksidasi) dan melindungi membran sel dari serangan radikal bebas. Berikut sembilan keampuhan vitamin E dalam melawan radikal bebas.
1. Vitamin E dan Polutan
Dua polutan udara yang sangat merusak adalah ozon dan nitrogen. Ozon diproduksi dari nitrogen dioksida (NO2), oksigen, dan uap gasolin tak terbakar. Sumber utama NO2 adalah proses pembakaran pada mesin mobil. Asap rokok yang tersusun lebih dari 3.000 senyawa kimia termasuk beberapa senyawa beracun, di antaranya adalah NO2.
Nitrogen dioksida dan ozon merupakan radikal bebas yang tidak stabil. Senyawa tersebut dapat merusak paru-paru dengan menyerang lemak tak jenuh dalam membran sel dan akibat yang ditimbulkan bersifat irreversible (tidak terpulihkan). Bahkan dalam tingkat yang rendah sampai 1 ppm (part per million) sekalipun.
Sistem pertahanan untuk melindungi tubuh dari radikal bebas adalah antioksidan. Suatu studi yang dilaporkan Journal of American Chemical Society (1981) menunjukkan, vitamin E dapat menyerap dan menetralkan radikal bebas lebih efektif daripada antioksidan lain. Selain itu dapat menurunkan bahaya serangan paru-paru serta melindungi jaringan tubuh dari polusi.
2. Vitamin E dan Olahraga
Selama olahraga, tubuh mengambil dan menggunakan oksigen pada kecepatan tinggi. Latihan fisik berhubungan dengan kecepatan peroksidasi lipid. Peran antioksidan primer sangat dibutuhkan dalam peristiwa ini.
Anda yang mempunyai aktivitas fisik tinggi, semisal olahragawan, disarankan untuk mengkonsumsi antioksidan primer yang lebih tinggi pula. Peran vitamin E dalam melawan radikal bebas yang terakumulasi selama latihan telah dibuktikan dalam studi terhadap beberapa sukarelawan. Suplementasi harian dengan 1.200 IU (International Unit) vitamin E selama dua minggu, dapat menurunkan ekskresi pentane pernapasan saat istirahat maupun selama latihan.
3. Vitamin E dan Penuaan
Penelitian terhadap efek penuaan menunjukkan, radikal bebas dapat merusak sel tubuh dan menyebabkan perubahan patologis yang berhubungan dengan penuaan. Vitamin E dapat mengakhiri proses reaksi berantai radikal bebas, dengan menghambat produksi radikal bebas yang baru dan membatasi perusakan sampai batas area membran sel.
Hasil penelitian yang dipublikasikan Journal of American Dietetics Association (1978) memperlihatkan, proses di atas dapat diantisipasi dengan meningkatkan substansi pelindung termasuk antioksidan (vitamin E) yang cenderung memperlambat proses penuaan dan memperpanjang masa muda secara fisik.
4. Vitamin E dan Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian yang terjadi di dunia Barat. Faktor diet tertentu yang menyangkut kasus penyakit jantung; tingkat kolesterol yang tinggi, terutama LDL (low density lipoprotein) kolesterol, berhubungan dengan peningkatan risiko aterosklerosis.
Hasil penelitian yang dilaporkan Lancet (1991) menunjukkan, penurunan perlindungan antioksidan akan meningkatkan risiko aterosklerosis dan peningkatan asupan (intake) antioksidan akan melindungi dari penyakit jantung koroner.
Sementara laporan American Journal Clinics and Nutrition (1991) berupa studi epidiomologis lintas kultural mengungkapkan, orang yang pada area geografis di mana konsentrasi vitamin E-nya dalam darah rendah mempunyai peningkatan risiko kematian karena penyakit jantung iskemik
5. Vitamin E dan Syaraf
Demo terbaru menunjukkan, vitamin E mempunyai peran pokok dalam memelihara struktur dan fungsi sistem saraf manusia. Lancet melaporkan, defisiensi vitamin E akan mengawali dan “mengabadikan” kemerosotan perkembangan saraf otot pada anak-anak dan remaja. Akibat neurologis ini bersifat irreversible jika perlakuannya terlambat. Vitamin E dan antioksidan lain juga membantu mengurangi kepelikan (severity) dan gejala keterlambatan kemajuan pada penyakit saraf tertentu.
6. Vitamin E dan Katarak
Katarak (keruhnya lensa kristal pada mata) merupakan permasalahan utama pada usia tua karena berkurangnya penglihatan sampai terjadinya buta. Lensa mata yang selalu terbuka terhadap sinar dan pembawa oksigen, sangat rentan terhadap sinar penyebab peroksidasi lemak. Proses oksidasi tersebut dipercaya merupakan hal penting dan mempercepat perkembangan katarak.
Beberapa studi menunjukkan, suplementasi vitamin E tidak akan melindungi katarak, tetapi keterlambatan pemberian vitamin E (defisiensi) dapat menyebabkan serangan katarak. Orang yang konsentrasi plasma darahnya tinggi akan dua atau tiga jenis antioksidan (vitamin E, vitamin C, dan karotenoid) mempunyai risiko terserang katarak relatif lebih rendah dibandingkan dengan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.
7. Vitamin E dan Kanker
Senyawa yang termasuk golongan “antikarsinogenik” bekerja menekan kanker dengan beberapa cara, yaitu pertama menghambat inisiasi tumor dengan merubah fungsi sel. Kedua, “menjemput” bentuk aktif karsinogen dan mengalangi sasaran yang akan diserang. Ketiga, meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Keempat, menghambat gerak karsinogen sebelum inisiasi kanker.
Antioksidan mempunyai fungsi yang relevan dengan fungsi di atas dalam mengontrol dan mencegah kanker. Selain sebagai “pemakan” radikal bebas, vitamin E berperan meningkatkan ketahanan tubuh. Vitamin E melindungi vitamin A dari kerusakan dalam tubuh dan “menyelamatkan” selenium.
Vitamin E juga berperan mencegah konversi nitrit menjadi nitrosamin (salah satu pemicu kanker) dan meningkatkan respons kekebalan. Beberapa literatur menyebutkan, antioksidan dapat menekan kanker dengan efektif, serta defisiensi senyawa ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker tertentu.
8. Vitamin E dan Kekebalan
Sistem pertahanan tubuh manusia dikenal sebagai substansi asing dan berperan melindungi tubuh dari serangan. Selain itu juga untuk mengenali dan merusak bentuk sel aktif pemicu kanker. Ditekankan, vitamin E merupakan rantai vital dalam fungsinya sebagai sistem kekebalan yang optimal dan meningkatkan pertahanan tubuh dari penyakit.
Beberapa studi menunjukkan, defisiensi vitamin E akan menekan produksi antibodi dan merusak respons kekebalan. Vitamin E sebagai antioksidan primer berperan melindungi lemak komponen semua membran sel sebab mampu melindungi sel dari radikal bebas, juga penstabil dan pengatur membran sel untuk menjaga fungsi sel secara optimal.
Selain itu, vitamin E berperan mengatur sintesis prostaglandin (senyawa aktif yang diperoleh dari kelenjar prostat dan kandung mani), yang penting mengatur respons kekebalan.
9. Vitamin E dan Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar yang melindungi tubuh terutama dari radikal bebas, baik serangan fisik maupun biologis. Radikal bebas tersebut juga melibatkan sinar ultraviolet dan radiasi ionisasi pada sel epidermal.
Untungnya, sel epidermis mengandung antioksidan seperti vitamin E, ubiquinin, vitamin C, glutation, enzim superoksidase dismutase, katalase, glutation reduktase, dan glutation peroksidase. Antioksidan tersebut mampu mengubah dan “memadamkan” potensi merusak dari radikal bebas.
Untungnya, sel epidermis mengandung antioksidan seperti vitamin E, ubiquinin, vitamin C, glutation, enzim superoksidase dismutase, katalase, glutation reduktase, dan glutation peroksidase. Antioksidan tersebut mampu mengubah dan “memadamkan” potensi merusak dari radikal bebas.
Tidak mengherankan bila beberapa bahan kosmetik dilengkapi dengan vitamin C, atau vitamin E untuk sabun kecantikan, tidak lain karena kedua vitamin tersebut mempunyai sifat antioksidan.
JENIS VITAMIN
|
No comments:
Post a Comment