Perubahan adalah kata kunci yang luar biasa maknanya bagi kehidupan di dunia ini. Kondisi stagnan selama ini menjadi titik mula terjadinya perubahan. Perubahan pada setiap individu masing-masing bersifat unik, tidak ada yang sama pada setiap individu itu. Seandainya ada ajakan untuk berubah itu bukan bertujuan untuk mencapai keseragaman, tetapi kita bisa mengambil jalan kita sendiri, tidak perlu seragam. Berubah tetapi tetap jadi diri sendiri.
Kesadaran untuk berubah perlu dirasakan dengan keadaan sesadar-sadarnya. Tidak bisa sambil lalu saja. Ini adalah modal untuk bisa selalu konsisten untuk benar-benar segera beralih dari keadaan transisi ke keadaan yang bener-benar baru. Nikmati keadaan yang berubah itu hingga kita bisa senyaman mungkin.
Jika kita menandai suatu masa sebagai titik awal untuk mengubah keadaan jangan sesekali kembali pada keadaan itu. Tetap tatap ke depan di mana kesuksesan yang kita cita-citakan telah menanti. Invertarisirlah keinginan yang selama ini menggelayut, bersegeralah ambil ancang-ancang merahinya dengan mengubah pikiran yang selama ini selalu mencari dalih untuk tidak segera migrasi.
Kata era baru yang melekat pada setiap kata yang diikutinya selalu berarti berubahan. Guru era baru misalnya. Kondisinya mesti berbeda dengan keadaan sebelumnya. Guru era baru ini merupakan tuntutan bagi setiap guru, meskipun tidak harus seragam tapi masih tetap memberikan keunikan pada individu guru. Era punya arti masa terkait dengan waktu yang jelas batasnya, yang seharusnya diikuti perubahan keadaan. Semua itu kalau kita sebagai guru ingin maju dari kondisi yang kurang baik.
Guru era baru, tapi tak ada beda kondisinya dan lain lain bukanlah guru era baru yang sesungguhnya. Maaf, Guru seperti itu hanyalah guru masa lalu yang masih ingin mencari nafkah di masa kekinian. Seperti saya juga dulu. Lalu kapan kita bisa berubah, kebiasaan mengajar yang begitu-begitu saja, kebiasaan belajar tidak berubah, sikap pendidik yang juga tak ada beda antara kemarin, hari ini, dan besok?
Setiap keunikan itu adalah sebuah prestasi. Dalam lomba-lomba yang menjadi pemenang adalah mereka yang unik dengan keunikannya masing-masing. Mari kita renungkan, adakah keunikan diri kita sebagai seorang guru? Apakah keunikan yang kita punya itu menuju kepada harapan akhir kita? Tidakkah kita berharap untuk lebih baik dengan keunikan diri? Sudahkah keunikan itu membawa perubahan untuk menjadi lebih baik?
Karena hakikat manusia itu unik, maka jangan coba-coba samakan orang lain dengan diri kita. Orang lain tak bisa dijadi alat ukur diri. Tapi kondisi stagnan yang biasanya tanpa keunikan bisa akan menjadi seragam. Agar berbeda, unik, maka kita perlu berubah. Tidakkah kita semua ingin bisa lebih baik? Jika jawabannya ya (ingin) siaplah berubah memasuki era baru.
Nikmatilah era baru dalam pikiran anda dengan senyaman-nyamannya. Soal bagaimana bisa menikmati kenyamanan dalam perubahan, maka itu hanyalah pembiasaan. Awal mula mungkin tidak enak, tapi mau berubah ‘paksakan’ kenyamanan itu hadir. Nyaman atau tidak bukan karena lingkungan, tapi pada bagaimana otak/hati kita menerima keadaan baru itu. Mari selalu memuja keunikan diri untuk menyemangati diri, bahwa dengan keunikan via perubahan kita bisa eksis.
No comments:
Post a Comment