Menunggu katanya menjemukan, ternyata semua itu dikarenakan kita tidak mau atau tidak bisa mengisi waktu dengan aktivitas produktif selama menunggu. Banyak orang yang kini di sekitar saya hanya diam, entah memikirkan apa, tak ada aktivitas yang ia lakukan. Saya juga sering melakukan hal sama, itu dulu. Sekarang sudah tahu bagaimana cara mengisi waktu selama menunggu.
Manakala tak ada teman yang bisa diajak ngoborol dengan enjoy, ada fasilitas yang siap digunakan untuk sarana menuliskan pemikiran, ada telepon genggam, ada laptop, apalagi tersedia akses internet. Jadi mau apalagi, mau tetap bengong menyia-nyiakan waktu yang tak terbeli atau datang lagi? Dengan laptop atau hp yang bermampuan untuk akses internet dengan layanan yang kian murah itu, kita bisa melakukan aktivitas yg cukup produktif menjelajah dunia, membaca, menulis dan berdiskusi dengan rekan lainnya. Saya melihat banyak orang-orang menggunakan hp yang canggih dengan kemampuan hebatnya tapi sebatas call atau sms saja. Sayang bangetkan?! coba mau tukaran dengan hp saya .
Tapi memang benar kita tidak bisa menyamakan orang lain dengan diri sendiri. Mereka mungkin menikmati kebengongannya. Saya kira pikiran mereka akan tetap sibuk, sama sibuknya dengan kalau kita menulis, atau membaca, mengasah pikiran untuk memikirkan hal-hal nyata, yang jelas, yang menentu. Mungkin ada juga saatnya untuk memanjakan otak untuk tidak berpikir ketika pingsan hehehe. Mau mempingsankan diri berjam-jam?!
Menunggu selain membosankan kadang justru bisa dimanfaatkan menambah kenalan. Kenalan dengan orang sekitar kita yang kebetulan sama-sama menunggu. Anehnya kebiasaan kita, ngobrol dengan orang tak dikenal tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Cukup mengandalkan panggilan umum semua mengalir mengisi waktu tunggu. Topik bahasan selama ngobrol bisa apa aja selama penantian. Sama banyaknya dgn panggilan umum yang tak perlu tahu nama, mas, mbak, pak, buk, om, dik, sampean, njenengan, pian, kam, kamu, ente, ane, saya, aku. Biasanya seputar tanya jawab yang kadang menjemukan, tentang ungkapan siapa kita, kerja di mana, sudah berapa lama, dan lain-lain tapi jarang ditanyakan siapa nama kita atau dia.
Dalam kejenuhan menunggu, rupanya membuat otak ”tak” begitu terpakai. Jika ini melanda banyak orang dan sering-sering maka sangat merugi. Coba kita perhatikan berapa banyak orang punya aktivitas selama menunggu. Terutama di terminal-terminal keberangkatan kereta, kapal atau pesawat, waktu banyak terbuang, tak efisien, boros. Apakah sudah menjadi kebiasaan untuk diam bagi mereka? Hem mungkin dia memikirkan nasibnya. Hehehe.
Andai waktu menunggu bisa dimanfaatkan untuk aktivitas bermanfaat berapa banyak hasil dicapai. saya mengamati orang banyak menanti selama 2-1 jam itu tanpa aktivitas bermanfaat. Hanya menunggu saja. Anggap setiap keberangkatam ada 100 orang yang 25% diam dgn waktu tunggu 1′jam maka sudah tersiakan 25 jam. Sangat tak produktif. Ini bukan hanya melanda golongan tertentu saja tapi terlihat hampir semuanya. Tidak pula kaya miskin. Inilah beda budaya kita dengan mereka yang sangat menghargai waktu.
Banyak aktivitas produktif yang bisa dilakukan selama menunggu, bisa membaca, menulis, ngobrol, menonton tv, mengisi tts, menyelesaikan kerja ringan. Saya mengira dalam penantian semua merasa jemu jika tak beraktivitas. Tapi malah ada yang asyik menikmati asap tak menyehatkan mungkin untuk membunuh rasa jemu. Jangan-jangan dia bermaksud ‘membunuh’ orang lain . Membakar uang hasil kerjanya demi kenikmatan semu. Merokok.
Bagaimana anda memanfaatkan waktu saat menunggu sesuatu?
No comments:
Post a Comment