Sudahkah aku menjadi guru yang mengajarkan apa yang aku sendiri pintar melakukan.
Sudahkah aku menjadi guru yang melarang apa yang aku sendiri tak bakal melakukannya..
Kalau sudah, itu berarti karakterku.
Waktu aku murid, aku diminta pintar tapi tak selalu bisa, kecuali apa yang paling kusuka.
Aku juga sering tak boleh melakukan ini atau itu, padahal belum diberitahukan apakah ini atau itu mesti salah kalau kulakukan.
Aku tak boleh mengkritisi hanya menerima dan pandai mengucapkan kembali.
Karakterkukah ini?
Pendidikan mesti menanamkan nilai-nilai yang bertunas pada perilaku. Bagaimana akan berhasil mendidik kejujuran dengan cara melarang mencuri, melarang dusta, melarang ini, melarang itu. Sementera itu setelah berada di luar dinding kelas, mereka melihat, mendengar, tahu, bahwa yang tidak boleh dilakukan murid di ruang-ruang kelas telah menjadi kelakuan banyak orang yang semestinya diteladani.
Kalau pendidikan karakter yang sedang banyak dibicarakan oleh berbagai kalangan nanti jadi dimasukkan ke dalam ruang-ruang kelas, apakah mereka tak belajar dari sejarah penanaman nilai-nilai Pancasila melalui Penataran P4? Keberhasilan hanya terjadi sebatas di daerah yang bernama sekolah, di luarnya entah.
Tetapi kan itu dulu. Sekarang semua berubah dan tentu ke depan akan menjadi lebih cerdas. Jadi, waktunya berhenti mengkhawatirkan, ya.
No comments:
Post a Comment