Mengingat-ingat kalimatnya Anies Baswedan, janganlah ributkan tentang mengapa terjadi kegelapan, nyalakan lilin disekitar kita lebih banyak. Apakah sistem yang gelap tidak bisa diubah, sehingga kita harus berdiam diri tak berupayah mengubahnya? Apa artinya kalau lilin itu kita nyalakan tetapi tak lama kegelapan menyergap lilin itu dan mematikannya? Ini adalah pikiran saya yang berontak ingin lepas dari suasana kegelapan, kegelapan diri saya dan lingkungan saya.
Saya sadar sebagai guru diri saya(guru) juga yang menjadi faktor penyebab kegelapan. Menurut saya kita semua harus mencari penyebab terjadinya kegelapan pendidikan kita. Bukan mengungkit atau sekedar menyalahkan pihak lain. Tidak cukup hanya menyalakan banyak lilin kemudian tertiup dan mati juga. Agar lilin yang dinyalakan dapat terang benderang kita harus memastikan dulu lingkungan cukup oksigen dan tidak ada angin yang dapat memadamkannya. Meskipun terpaan angin yang selalu ingin memadamkannya itu tidak mungkin dihindari. Apa perlu kita nyalakan lagi dan nyalakan lagi begitu terus menerus?
Petaka kegelapan memang bisa saja bersumber pada diri guru, meskipun guru juga tidak mau disalahkan. Yang salah adalah sistem pendidikan kita yang memang kacau, ini dalihnya. Keadaan sistem itu jelas mempengaruhi guru. Contoh kasus UN saja karena ia menentukan kelulusan siswa maka guru perlu melakukan adaptasi cara mengajarnya.Sementara kita yang berada pada lini terdepan pendidikan tidak terlepas dari pengaruh sistem yang buruk itu. Tapi tetap sumber kegelapan yang utama adalah pada saya (guru).
Seorang siswa dengan segala potensi yang dimiliki asal kita bisa memberikan pembelajaran yang baik dan benar maka akan menjadi siswa yang luar biasa. Seperti yang diyakini oleh Yohanes Surya (salah satu ilmuwan fisika Indonesia). Bahkan dengan keyakinannya ia akan membuktikan bahwa anak yang tidak bisa menyelesaiakan konsep hitung sederhana 2+2 dan 3+2 saja beberapa tahun ke depan anak-anak itu akan mewakili Indonesia dalam ajang olimpiade matematika atau fisika internasional, tentu harus dilakukan polesan ala Yohanes Surya beserta timnya.
Mengutip pernyataan Yohanes Surya, bahwa tidak satupun anak yang bodoh dalam kemampuan matematika, saya juga yakini itu. Hanya saja disebakan karena siswa tersebut belum berjumpa dengan guru yang mengajar dengan metode yang baik. Ini pernyataan yang menohok saya sebagai guru. Apakah rekan guru lain tak merasa tertohok? Mati deh sepertinya nurani guru seperti itu. Saya memang tidak mengajar matematika, saya mengajar kimia. Tapi tak ada bedanya saya mengajar apapun, yang jelas kebodohan yang terlihat mutlak dikarena guru yang tidak menggunakan metode mengajar atau metode pembelajaran yang baik. Saya tidak akan mengkaitkan dengan sistem pendidikan yang memang sudah tidak benar itu. Saya (guru) mengakui memang saya-lah yang tidak bisa memberika layanan pembelajaran yang baik pada siswa saya.
Saya teringat ketika mengajar matematika di kelas awal MTs. Saya jumpai siswa yang tidak paham konsep perkalian dan pecahan. Di jenjang SMA pun pernah saya jumpai saat melakukan tes pada penerimaan siswa SMA, ada calon siswa yang konsep perkalian dan pecahan saja tidak dikuasainya, padahal soal yang diberikan sangat simpel. Dia sudah lulus SMP itu. Duh parah banget memang. Semestinya anak seperti itu belum layak lulus SMP mungkin juga belum layak dia lulus SD. Tapi itulah kenyataan. Saya yakin ini adalah kurangnya kemampuan guru, jeleknya metode pembelajaran yang diterima siswa. Dan kebijakan sekolah yang menaikkan itulah satu penyebabnya. Jika dilanjutkan terus, maka kegelapan tidak dapat dihindari, dan itu akan menjadikan pikiran muram bagi si anak jika tidak segera mendapatkan penanganan serius.
Setelah siswa beralih jenjang, tidak ada alasan bagi guru di jenjang tersebut untuk memberikan layanan agar siswa bisa segera mengikuti pembelajaran di jenjang tersebut. Tugas guru di jenjang tersebut menjadi bertambah, dan ini tidak mungkin kita hindari. Kita harus menyalakan lilin-lilin itu agar bisa menerangi dirinya. Kitalah yang harus menyalakan, tanggung jawab kita itu. Biarlah kegelapan selalu menyergap, tapi kita harus terus menghidupkan lilin agar tetap terang.
Mari selalu perbaiki diri, mulai sekarang.
No comments:
Post a Comment